beda cowok ganteng & cowok jele

k

my dearest all...

gw baru dapet fwd-an imel dari milis alumni... i found it hilarious... agak2 garing, but it cracked me up anyway...

hope y'all enjoy this ;D

hugs,
de2t
===

kalo cowok ganteng berbuat jahat; cewek-cewek bilang: nobody’s perfect
kalo cowok jelek berbuat jahat; cewek-cewek bilang: pantes…tampangnya kriminal

kalo cowok ganteng nolongin cewek yang diganggu preman;
cewek-cewek bilang: wuih jantan…kayak di filem-filem
kalo cowok jelek nolongin cewek yang diganggu preman;
cewek-cewek bilang: pasti premannya temennya dia…

Kalo cowok ganteng pendiam; cewek-cewek bilang: woow, cool banget…
kalo cowok jelek pendiam; cewek-cewek bilang: ih kuper…

kalo cowok ganteng jomblo; cewek-cewek bilang: pasti dia perfeksionis
kalo cowok jelek jomblo; cewek-cewek bilang: sudah jelas…kagak laku…

kalo cowok ganteng dapet cewek cantik; cewek-cewek bilang: klop…serasi banget…
kalo cowok jelek dapet cewek cantik; cewek-cewek bilang: pasti main dukun…

kalo cowok ganteng ngaku indo; cewek-cewek bilang: emang mirip-mirip bule sih…
kalo cowok jelek ngaku indo; cewek-cewek bilang: pasti ibunya Jawa, bapaknya robot…

kalo cowok ganteng bawa BMW; cewek-cewek bilang: matching…keren luar dalem
kalo cowok jelek bawa BMW; cewek-cewek bilang: mas majikannya mana?…

kalo cowok ganteng males difoto;
cewek-cewek bilang: pasti takut fotonya kesebar-sebar
kalo cowok jelek males difoto;
cewek-cewek bilang: nggak tega ngeliat hasil cetakannya ya?…

kalo cowok ganteng bersedih hati;
cewek-cewek bilang: let me be your shoulder to cry on
kalo cowok jelek bersedih hati;
cewek-cewek bilang: cengeng amat!!…laki-laki bukan sih?

Kalo cowok ganteng baca e-mail ini;
langsung ngaca sambil senyum-senyum kecil, lalu berkata “life is beautifull”
kalo cowok jelek baca ini, Frustasi, ngambil tali jemuran, trus triak sekeras-kerasnya
“HIDUP INI KEJAAAAMMM….!!!”

in single we trust

yup2, menurut gw makhluk yang paling bisa dipercaya dalam hal kesetiaan adalah manusia lajang.

mereka setia pada dirinya sendiri, setia pada kelajangannya, setia pada pasangannya yang tak pernah ada, sehingga otomatis, mereka tidak pernah selingkuh!

manusia lajang gak perlu berselingkuh dan mengkhianati pasangannya, karena mereka memang tidak terikat komitmen dengan orang tertentu. jadi sah2 aja kan kalo mereka jalan dengan banyak orang, berganti teman jalan, menggilir teman curhat, bahkan teman tidur... whoops, yang terakhir sepertinya agak kelewatan ya ;D

makanya, untuk apa mengikatkan diri dengan pasangannya, dalam bentuk pacaran ato menikah, kalo ujung2nya masih juga tergoda untuk bermain api dengan orang lain? ato masih bisa jatuh hati dengan yang lain?

sori, gw cuma mau ngungkapin uneg2 kekesalan gw terhadap beberapa orang di sekitar gw yang lagi terlibat kasus perselingkuhan.

apa pun alasan mereka berselingkuh, buat gw, mereka adalah orang2 yang egois dan tidak bertanggung jawab. apalagi kalo mereka sudah menikah.

mending kayak kita, meskipun terlihat liar karena sering gonta ganti teman jalan, paling tidak kita lebih jujur pada diri sendiri n juga orang lain.

uhmm, btw, kalian gak ada yang pernah pacaran atau dekat dengan suami ato pacar orang kan? :D

hugs,
dinda

Toko Suami

Dear all,

Tentunya kalian pernah dengar cerita tentang toko yang menjual calon suami?

Toko itu terdiri dari 6 tingkat. Perempuan-perempuan pengunjung boleh memilih calon suami dari lantai mana saja. Jika tidak puas dengan pilihan di lantai bawah, pengunjung boleh naik ke atas. Syaratnya, jika sudah naik ke lantai yang lebih tinggi, pengunjung tidak boleh turun lagi untuk memilih calon suami di lantai bawah.

Seorang perempuan pun kemudian terlihat memasuki toko tersebut. Di lantai 1, dia melihat papan pengumuman bertuliskan: "Lelaki di sini mempunyai pekerjaan".

Meskipun sempat tergoda, si perempuan memutuskan untuk naik ke lantai 2: "Lelaki di sini punya pekerjaan dan sayang anak".

Menarik. Tapi si perempuan ingin mencari yang lebih dari itu. Naiklah dia ke lantai 3: "Lelaki di sini punya pekerjaan, sayang anak, dan sangat ganteng".

Wow. Si perempuan tidak tergoda dan tetap lanjut ke lantai 4: "Lelaki di sini punya pekerjaan, sayang anak, super ganteng, dan suka membantu pekerjaan rumah tangga".

Luar biasa. Si perempuan pun merasa sangat takjub. Tapi entah kenapa, dia tidak berhenti dan terus lanjut ke lantai 5: "Lelaki di sini punya pekerjaan, sayang anak, super ganteng, suka membantu pekerjaan rumah tangga, dan sangat romantis".

Mengagumkan! Si perempuan pun mulai tergoda untuk berhenti. Tapi karena penasaran, dia terus naik ke lantai 6. Di lantai terakhir itu dia dihadapkan pada papan pengumuman bertuliskan: "Anda pengunjung ke-31.456.012 di lantai ini. Tidak ada lelaki di lantai ini. Lantai ini dibuat untuk membuktikan bahwa perempuan memang tidak pernah puas. Terima kasih sudah berbelanja di Toko Suami."

Di dekat pintu keluar terdapat papan pengumumam kecil: "Pemilik toko juga membuka Toko Istri di seberang jalan. Di lantai 1 tersedia calon istri yang suka seks. Lantai 2, calon istri yang suka seks, bir, dan punya uang. Lantai 3, 4, 5, dan 6 belum pernah dikunjungi."
===

Cerita tentang toko suami itu terasa seperti tamparan yang menggelitik (hah? bukankah mestinya tamparan itu panas dan menyakitkan?!!)...

Yup, yup, gue merasa seperti habis ditampar dengan pengalaman pribadi gue saat membaca cerita itu. Bedanya, di toko suami kualitas lelaki yang ditawarkan semakin baik tiap kita naik ke lantai atas; sedangkan dalam pengalaman gue, kualitas lelaki yang gue kencani--terkadang bahkan gw pacari--makin ke sini makin menurun.

Intinya, mungkin benar kalau perempuan tidak pernah merasa puas dan selalu berusaha mencari yang lebih baik. Cukup manusiawi, bukan? Dan bukankah laki-laki juga melakukan hal yang sama? Lagipula, siapa bilang mereka gampang puas?? They're one of the most demanding creatures ever to walk the earth!!

Pertanyaannya, apakah pencarian gue masih layak dilanjutkan? Ataukah perjalanan belanja gue sudah sampai di lantai 6??

xoxo

What should I do to marry a rich guy?

Iseng aja nih ada yg lucu buat di baca

--rara--

A young and pretty lady posted this on a popular forum:

Title: What should I do to marry a rich guy?

I'm going to be honest of what I'm going to say here. I'm 25 this year.
I'm very pretty, have style and good taste. I wish to marry a guy with $500k
annual salary or above.


You might say that I'm greedy, but an annual salary of $1M is considered only as middle class in New York . My requirement is not high.

Is there anyone in this forum who has an income of $500k annual salary? Are you all married? I wanted to ask: what shwhat kind of man are you looking for?

Sebetulnya sudah lama gue mau menanggapi imel Dinda tentang perempuan mandiri dan apa sebetulnya masalah kaum adam dengan perempuan2 jenis itu. Cuma gue bingung harus menanggapi apa, karena masalah gue pun sebetulnya gak jauh2 dari itu.

Tapi sekarang gue sudah tau tanggapan apa yang mau gue kasih ke Dinda, termasuk juga buat yang lain2. Kali ini gue gak berencana berbagi cerita atau pengalaman pribadi, gue hanya mau mem-forward sebuah imel yang baru saja gue terima dari seorang teman. Imel itu juga tidak berisi kisah nyata si teman, hanya imel forward-an standar tentang percakapan antara seorang lelaki yang bertanya kepada seorang perempuan tentang tipe lelaki yang dicarinya.

Dan buat gue, jawaban si perempuan bisa dibilang mewakili apa yang juga gue inginkan. Coba deh kalian baca cerita di bawah ini. Mungkin kalian akan merasakan hal yang sama.

xoxo

===

A wonderful message for single women. And for married women to pass onto their single friends, enjoy it...

In a brief conversation, a man asked a woman he was pursuing the question"

What kind of man are you looking for?"

She sat quietly for a moment before looking him in the eye and asking "Do you really want to know?"

Reluctantly, he said "Yes." She began to expound...

"As a woman in this day and age, I am in a position to ask a man what he can do for me that I can't do for myself. I pay my own bills. I take care of my household with out the help of any man...or woman for that matter. I am in the position to ask "What can you bring to the table?"

The man looked at her. Clearly he thought that she was referring to money. She quickly corrected his thought and stated "I am not referring to money. I need something more. I need a man who is striving for perfection in every aspect of life." He sat back in his chair, folded his arms, and asked her to explain.

She said "I am looking for someone who is striving for perfection mentally because I need conversation and mental stimulation. I don't need a simple minded man.

I am looking for someone who is striving for perfection spiritually because I don't need to be unequally yoked...believers mixed with unbelievers is a recipe for disaster.

I need a man who is striving for perfection financially because I don't need a financial burden.

I am looking for someone who is sensitive enough to understand what I go through as a woman but strong enough to keep me grounded.

I am looking for someone whom I can respect. In order to be submissive, I must respect him. I cannot be submissive to a man who isn't taking care of his business. I have no problem being submissive...he just has to be worthy. God made woman to be a help mate for man. I can't help a man if he can't help himself."

When she finished her spill, she looked at him. He sat there with a puzzled look on his face. He said "You are asking a lot."

She replied, "I'm worth a lot."


Melajang: antara nasib dan pilihan

Menjadi lajang itu bukan nasib, tapi pilihan. Itu yang sering gue lontarkan ke beberapa orang ketika mereka memandang gue dengan tatapan prihatin setelah tahu kalau hampir 3 tahun ini gue melajang. Sebetulnya apa yang gue lontarkan tadi gak sepenuhnya benar. Mungkin lebih sebagai naluri defensif, membela diri atas kelajangan gue.

Lain lagi alasan yang gue berikan ke cowok-cowok yang sempat mampir sebentar dalam hari-hari gue. “Gak laku di bursa perjodohan”. Begitu gue sering menanggapi pertanyaan mereka. Yang biasanya sering ditimpali dengan pertanyaan,”Seorang Dinda gak laku? Gak mungkin. Lo kan manis, lucu, menarik, enak diajak ngobrol, pinter, mandiri. Masa sih gak ada yang mau ama cewek seperti itu. Pasti lo yang pilih-pilih nih.”

Tiga sifat pertama yang dia sebutkan tadi mungkin termasuk kriteria idaman cowok. Masuk ke sifat keempat, cowok masih suka. Sifat kelima, cowok mulai pikir-pikir. Di sifat keenam, itulah saat yang tepat bagi cowok untuk mundur teratur, bahkan kalau perlu mengambil langkah seribu.

“Masa sih begitu? Kenapa?” Beberapa cowok kadang dengan sok naifnya melontarkan pertanyaan itu. Dan gue, dengan sok taunya, memberikan jawaban. Kalau dari yang gue denger-denger sih, cowok sering merasa terancam egonya kalau dekat dengan cewek yang menurutnya lebih pintar dari dia. Dan mereka merasa hilang eksistensinya bila mendampingi cewek yang dianggap mandiri. Mereka merasa tak berarti lagi, menjadi tak penting lagi.

Terus terang gue gak tau tingkat kebenaran pernyataan-pernyataan tadi. Tapi gue pribadi cukup percaya itu, karena semua pernyataan itu keluar dari mulut para cowok juga. Dan berdasarkan pengalaman, ternyata memang bisa dibilang cukup terbukti.

Seperti yang terjadi dengan cowok terakhir yang dekat dengan gue, yang sempat tidak percaya kalau gue melajang karena tidak laku, lalu membacakan 5 sifat ’ideal’ tadi. Kalian tahu apa yang terjadi kemudian? Kita gak sampai jadian. Paling tidak, gak ada deklarasi resmi di antara kami bahwa kita jadian. Meskipun kedekatan kita kadang membuat kita merasa sebagai pasangan (atau mungkin gue aja yang ke-GR-an?). sampai akhirnya intensitas itu berkurang.

Dan sebelum komunikasi di antara kita benar-benar terputus, dia sempat bilang kalau dia gak berani meneruskan kedekatan dengan gue karena gue terlalu mandiri buat dia. Hahaha, ironis sekali, bukan?! Gue gak bisa berkata apa-apa mendengar pernyataan itu. Yang tersisa dalam pikiran gue hanya rasa penasaran, apa yang dia maksud dengan terlalu mandiri? Rasa-rasanya gue sering mengandalkan banyak hal ke dia dan cukup sering minta saran dan melibatkan dia dalam banyak proses pengambilan keputusan. Bahkan tak jarang gue minta ijin dia ketika akan melakukan sesuatu, sebuah hal yang sebetulnya gak perlu gue lakukan.

Apa pun itu, sampai sekarang gue masih penasaran, apa sebetulnya definisi cewek mandiri versi cowok. Setelah melalui semua itu, kadang gue berpikir, mungkin memang lebih baik memilih untuk jadi lajang, dibanding punya pasangan yang terus merasa ’terancam’ dengan diri kita dan asesoris yang menyertai kita. Bagaimana dengan kalian, pengangguran cinta?

Hahaha. Sepertinya sebutan itu tepat sekali buat kita berlima, perempuan-perempuan yang sangat sibuk dengan pekerjaan dan pergaulannya, tapi nganggur dalam percintaan. Yah, semoga masalah kita tidak terus berkepanjangan. Semoga masih ada laki-laki baik di luar sana yang bisa menerima kita apa adanya ;-)

Inilah kami

Kami adalah perempuan-perempuan lajang, usia 30-an ke atas. Kalau ada kompetisi untuk mendapatkan penghargaan lifetime achievement award for being single, kami berhak masuk nominasi – dan salah satu dari kami pasti akan memenangkan penghargaan tersebut – karena kami telah berjasa menghabiskan sebagian besar masa hidup kami sebagai lajang. Tapi kami bukan perempuan jalang.

Kami perempuan baik-baik yang berasal dari keluarga baik-baik. Kami juga punya latar belakang pendidikan yang sangat baik. Karena itulah mungkin saat ini kami punya pekerjaan, posisi, dan penghasilan yang teramat sangat baik. Tidak ada yang salah dengan semua itu bukan? Tentu tidak. Kesalahan kami hanya satu. Dengan segala kebaikan tersebut, kami pun bermimpi memiliki pasangan hidup yang baik. Dan ternyata mendapatkan pasangan hidup yang baik tak semudah memperoleh pendidikan, pekerjaan, posisi, dan penghasilan yang baik.

Sebelumnya kami tak kenal satu sama lain. Latar belakang kami berbeda. Tak pernah berbagi sekolah yang sama, pekerjaan yang sama, apalagi pacar yang sama. Perkenalan kami berawal dari sebuah forum diskusi di salah satu situs web lokal. Sebuah judul topik dalam forum diskusi tersebut membuat kami, satu persatu, tertarik untuk ikut nimbrung sumbang suara. Yup, topik yang telah berjasa mempersatukan kami berjudul ”female, single, 30 and above”.

Sebetulnya yang paling berjasa dalam forum tersebut adalah seseorang dengan nickname Dh33nd4, pencipta topik seru itu. Dinda, begitu kami biasa memanggilnya, membuka pembahasan dengan memperkenalkan diri sebagai jomblo pro (jomblo professional-red) dan mulai resah dengan keadaannya tersebut. Dinda mulai mempertanyakan apa yang salah pada dirinya yang 8 tahun belakangan ini tak pernah sukses menjalani kehidupan percintaan.

“Salam kenal. Gw Dinda, 34thn, pengalaman sebagai jomblo pro. Gw lagi bingung nih, bbrp thn belakangan ini kok hubungan gw sama cowok acak adul terus ya. Banyak yang baru di tahap pdkt udah mundur teratur. Salah gw apa ya? Padahal rasa2nya gw udah selalu berusaha ngalah, ngasih perhatian, ga banyak nuntut, dan yang terpenting, gak matre! Secara penampilan juga gw kata orang2 termasuk ok kok (ih PD ya?!!). tapi kok hubungan gw ga pernah beres… apa yang salah ama gw ya kira2??... ada ce2 yang senasib ama gw gaa???”

Di luar dugaan Dinda, ternyata cukup banyak perempuan di luar sana yang bernasib sama dan menanggapi topik yang dirilisnya. Seseorang dengan nickname Ny.Schka, yang belakangan kami ketahui bernama asli Nyschka, langsung berkomentar: “salah besar lo gak matre! Ce harus matre untuk bisa dapet co. u know why? Karena sebetulnya co suka ce matre… membuat mereka merasa dibutuhkan, lebih superior dan berkuasa!!! Kalau disuruh pilih antara ce yang mandiri secara finansial dan ce matre, pasti mereka pilih yang terakhir itu. tapi kalo udah gak cocok dan putus, baru lah mereka beralasan 'dia matre sih'. Huh!!!”

Haha. Sebuah komentar berapi-api yang sepertinya keluar dari lubuk hati paling dalam dan pengalaman pribadi. Setelah Nyschka, berturut-turut Rara dan Dedet muncul memberikan komentar dan berbagi sekilas cerita. Sedangkan saya, yang tadinya hanya menjadi penyimak pasif, akhirnya tergoda juga untuk bergabung.

Sebetulnya ada lebih banyak orang yang meramaikan forum tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah kaum cowok yang sering melontarkan komentar-komentar iseng. Beberapa bisa dibilang lucu dan beberapa lainnya masuk kategori ‘lucu lo, bangsat!’ Ngerti ‘kan maksudnya?

Agar lebih leluasa curhat dan berbagi masalah yang lebih seru, kami memutuskan untuk membuat milis yang hanya beranggotakan kami berlima. Kami masih tetap aktif berkomentar di forum, tapi hanya sebatas melempar komentar-komentar ringan dan menanggapi cowok-cowok iseng yang berkomentar lucu. Dari milis itulah kami jadi makin akrab dan merasa lebih dekat satu sama lain. Padahal kami belum pernah benar-benar bertemu muka dan kumpul bareng, paling mentok kami ngobrol bareng lewat instant messenger.

Nyschka adalah yang termuda di antara kami. Usianya baru memasuki kepala 3. Kami lebih senang memanggilnya Ninis, karena lebih gampang mengetiknya. Ibunya blasteran Eropa Timur (kami tak pernah ingat nama negara persisnya), jadi tak heran kalau neng Ninis ini masih kecipratan sedikit darah bule yang membuatnya terlihat cantik. Ninis pernah mendapat beasiswa S2 di negeri kanguru, dan saat ini sedang mencari nafkah di sebuah kota cinta nan romantis, Paris. Tapi kenapa ia masih melajang? Sampai saat ini Ninis pun masih belum tahu apa jawabannya.

Rara. Usia 33 tahun. Penampilan menarik, gayanya asik. Bekerja sebagai Senior Program Manager di sebuah LSM asing di Aceh, dan bergaji belasan juta. Whoa. Bagi Rara, lebih mudah mendapatkan dan berganti-ganti pekerjaan yang bergaji besar dibanding mendapatkan pacar, boro-boro yang bergaji besar, yang kecil pun sulit. Entah dimana salahnya. “Mungkin gue kelihatan pendiam ya, gak banyak omong. Jadi belum apa-apa orang udah takut sama gue, atau ngecap sombong. Padahal gue suka gak PD aja kalo harus ngajak ngobrol duluan, ngajak kenalan duluan.” Begitulah menurut Rara letak kesalahannya.

Dedet. Orang yang paling lucu, cuek, dan santai di antara kami. Padahal usianya paling tua, 35 tahun. Pernah bekerja di sebuah kantor berita asing yang berkantor di Jakarta, tapi saat ini lebih memilih bekerja sebagai freelancer, membantu jurnalis-jurnalis asing, baik cetak maupun elektronik, yang datang membuat liputan di Indonesia. Kalau ditanya kenapa memilih jadi pekerja lepasan, begini jawabnya, “Gue gak bisa bangun pagi. Lagian juga secara penghasilan lebih gede jadi freelancer. Kita juga bebas ngatur waktu. Lagi mau kerja ya kerja, waktu males ya gak kerja. Buat apa gue gaya-gayaan punya status kerja di kantor berita asing, tapi kerja rodi, duit gak ada. eh ada sih kalo cuma duit sih.” Luar biasa. Selain itu, Dedet cukup fleksibel dalam bersosialisasi, terlihat dari pergaulannya yang luas. Dengan usianya yang terbilang banyak Dedet masih sering jalan dan nongkrong dengan anak-anak abg yang kadang berusia 10 tahun lebih muda darinya. Lalu kenapa sulit bagi Dedet untuk melepas status lajangnya? Entahlah.

Dan saya. Siapakah saya? Saya sebetulnya bukan orang yang suka ikutan aktif dalam forum-forum diskusi di dunia maya. Saya lebih sering jadi pemantau. Tapi topik yang satu itu benar-benar membuat saya tergoda untuk mendaftarkan diri ke forum agar bisa ikut berkomentar. Waiting4Godot. Itulah nickname yang saya daftarkan dan akhirnya sering muncul dalam forum diskusi tentang perempuan lajang itu. Bagi saya, menunggu datangnya seorang pasangan hidup hampir sama dengan menunggu Godot. Padahal dalam cerita aslinya, Godot tak pernah datang. Begitu pesimisnya saya. Saya benar-benar bisa merasakan apa yang ditulis Dinda dalam pembukaan topiknya. Mungkin karena saya seumuran dengannya, dan sepertinya apa yang dia tulis tak beda jauh dengan apa yang saya alami.

Ya, di antara mereka berempat, Dinda lah yang paling banyak kesamaannya dengan saya. Kami sama-sama berusia 34. Sama-sama pernah mendapat kesempatan melanjutkan sekolah gratis di Inggris, meskipun beda tahun, jurusan sekolah, dan kota. Saat ini Dinda punya kesibukan mengelola galeri seni dan bisnis kerajinannya yang cukup maju di Jogja. Sedangkan saya, setahun terakhir ini saya kembali ke London karena ditugaskan kantor untuk mengikuti semacam pelatihan dan magang di kantor pusatnya. Masih beberapa bulan lagi saya harus tinggal di kota gerimis mengundang ini.

Satu lagi kesamaan kami berdua adalah sama-sama punya kehidupan percintaan yang kacau. Artinya, beberapa tahun belakangan ini kami hanya mengandalkan kedekatan dengan ’stok lama’ tanpa ada kejelasan status hubungan. Tidak jarang kami membuka diri untuk mencari stok baru, tapi selalu gagal karena mereka mundur teratur, meski baru tahap pdkt. Itulah yang membuat kami lagi-lagi kembali ke ’stok lama’ yang tidak jelas itu.

Dan inilah kami. Perempuan-perempuan lajang yang tidak jalang. Apakah kami salah karena kami tak bodoh? Apakah kami salah karena kami terbiasa mandiri? Apakah kami salah karena kami terbilang sukses dalam pekerjaan? Apakah salah kami kalau itu semua membuat banyak laki-laki jadi minder?

Begitulah, dengan semangat keputusasaan (what an oxymoron!!) yang sama, terjalinlah persahabatan di antara kami. Persahabatan yang aneh, karena kami tak pernah kenal sebelumnya dan tak pernah bertemu, bahkan setelah saling kenal. Persahabatan kami hanya didasarkan pada perasaan senasib sepenanggungan dan seperjuangan, yaitu meraih mimpi yang sama: mendapat pasangan hidup yang baik.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Klo liat sikonnya, kyaknya klian btu jmbtn cinta/mak cmblng yg tpt. skdar saran: klo mang dah da niat baik ut bina hub srius (ampe mrd n lfe 2gtr till the end), kpkiran ut mnta bntuan ustad (klo klian mslm)? insya 4jj da jln.
aq sndri jopar (jomblo parah). i'm 39's n lonely in the night (only wth my fishes).
Old song said:
Aku masi spt yg dlu. Mnunggumu sampai akhir hidupku ...
gd lux en let's eliminate the jomblo
by The Best of The Beast

Posting Komentar

Template Design by SkinCorner